Jumat, 08 Juni 2018

Dieng Plateu

Dieng Plateau adalah Dataran Tinggi Dieng yang terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Dieng Plateau atau Dataran Tinggi Dieng merupakan daerah kunjungan wisata populer yang memiliki banyak obyek wisata Dieng andalan untuk para pelancong yang sedang mengadakan liburan mereka ke area Jawa Tengah. Dieng memiliki kekayaan alam beragam dan kekayaan pertanian melimpah.
Beraneka ragam obyek wisata Dieng dapat wisatawan temukan pada setiap langkahnya. Udara yang sejuk, pertanian luas, pegunungan indah, danau alami menanawan, sunrise cantik hingga budaya dan kulinernya yang menarik sungguh menjadi daya tarik jutaan wisatawan untuk berkunjung ke Dieng Plateau.
Ride Camp di sekitar Tegala Cebong 
Sejak dahulu Dieng Plateau atau Dataran Tinggi Dieng sudah menjadi tujuan utama berwisata bagi para peziarah karena Dieng merupakan lahan yang luas dan menantang bagi para peneliti, banyak sejarah yang masih terpendam di Negeri Dieng ini. Dieng mempunyai arti tersendiri yaitu dari kata diyang atau dihyang yang mempunyai makna tempat bersemayam para Dewa.
Sembungan Village desa tertinggi di pulau Jawa
Dieng merupakan dataran tinggi yang terbentuk akibat letusan gunung-gunung berapi di sekitar Dieng bahkan Gunung Dieng itu sendiri. Secara geografis Dieng Plateau terletak di Propinsi Jawa Tengah yang masuk ke dalam dua ranah Kabupaten yaitu Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten wonosobo dengan berpembatas kali tulis yang terletak diantara Desa Dieng Kulon dan Dieng wetan. Dieng Plateau terletak pada ketinggian 2093 meter di atas permukaan laut sehingga udara di Dieng terasa dingin. Jika siang hari udara berkisar 12-17 derajad celcius, bahkan bisa mencapai suhu udara minus yang terjadi di musim kemarau dan saat inilah Dieng bersalju.
View danau telaga warna
Saat ini Dieng Plateau dijadikan tujuan utama wisata alam pegunungan karena begitu banyak potensi-potensi pariwisata yang disuguhkan dari Dieng Plateau.
  
Golden Sunrine Sikunir 

 Burung Hantu masih banyak dijumpai


bukit pandang ratapan angin

Selasa, 20 Maret 2018

Sunmori Geopark Ciletuh

Geopark Ciletuh

Geopark Ciletuh dapat dijangkau dari Jakarta dengan 7-8 jam berkendara. Arealnya sangat luas, apalagi dengan perluasannya sekarang menjadi Geopark Ciletuh Palabuhanratu yang mencakup 8 kecamatan dengan total luas 1.261 km2. Objek wisatanyanya lebih dari 50. Tapi buat mayoritas wisatawan dari Jakarta yang hanya punya waktu di akhir pekan, cukup mengunjungi 7 objek favorit di zona inti di Kecamatan Ciemas. Apa saja? Simak yang berikut.

Ada 7 tempat yang wajib dikunjungi ketika ke sini :


1. Tebing Panenjoan
Titik pandang Panenjoan berada di pinggir jalan, Desa Taman Jaya, dengan ketinggian 300-an mdpl. Lokasinya sudah dibuat rapi dengan pagar pembatas di tepi tebing, menara-menara maupun teras-teras pandang, serta ada tulisan Panenjoan. Amfiteater alam raksasa Ciletuh dapat terlihat utuh dari sini. Dinding tebing setengah lingkaran yang menghadap Laut Selatan seakan melindungi persawahan, perbukitan, serta perkampungan warga di bawahnya. Tampak di kejauhan garis Pantai Palangpang. Masuk ke sini gratis, hanya bayar parkir mobil atau motor.
View Bukit Panenjoan

2. Pantai Palangpang
Pantai Palangpang dari Puncak Darma

Pantai Palangpang di Desa Ciwaru menjadi basecamp paling strategis untuk mengeksplor Geopark Ciletuh di zona intinya. Begitu melewati tempat pelelangan ikan sudah terlihat hamparan pasir pantai di kiri jalan. Terlihat beberapa penginapan di kanan maupun kiri jalan, begitu juga warung-warung tepi pantai. Tulisan “Geopark Ciletuh” berwarna kuning terlihat jelas di salah satu garis pantai. Kita merekomendasikan Vila Balekambang yang berada di ujung Pantai Palangpang dengan halaman belakang nan luas yang menghadirkan pemandangan meneduhkan.

3. Curug Cimarinjung
Curug ini kelihatan bagian atasnya dari Pantai Palangpang. Terletak juga di Desa Ciwaru, di aliran Sungai Cimarinjung. Tingginya lebih dari 50 m. Oleh orang lokal disebut juga Curug Goong karena pada hari tertentu terdengar suara gong. Menurut legenda, ada gong yang tersembunyi di curug tersebut, peninggalan keraton alam gaib. Batunya adalah batuan sedimen berjenis batu pasir tufan dan breksi. Di atasnya di aliran yang sama ada Curug Nyelempet dan Curug Dogdog. Ketiganya terbentuk karena proses tektonik. Air curug ini dipakai untuk mengairi persawahan di bawahnya.
Semua pengunjung pasti sepakat curug ini super keren! Dua bongkah batu besar berumput hijau nangkring di ujung tebing teras pertama sebagai penanda khas curug ini. Kekhasan curug ini juga tampak pada aliran airnya yang sempit di bagian atas, lalu membentur latar batu di bawahnya hingga menimbulkan aliran air baru yang melebar.
Curug Cimarinjung

4. Curug Sodong
Curug ini juga terletak di Desa Ciwaru. Sering juga disebut Curug Kembar karena ada dua aliran curug bersebelahan, setinggi kurang lebih 20-an meter. Jauh di atasnya terlihat Curug Cikanteh. Saat debit air tak terlalu besar akan terlihat di baliknya ada gua (sodong).
Curug Sodong

 Tapi jangan sembarangan masuk kecuali Anda bersama pemandu lokal ya. Selain kembar, ciri khas curug ini adalah adanya batu besar nangkring yang ditopang batu kecil di puncak di antara aliran dua curug tersebut.
Curug dari Tempat Parkiran

Dari Pantai Palangpang ke sini berkendara sekitar 45 menit. Mobil atau motor bisa diparkir di area yang sudah dikonblok rapi tepat di depan curug. Jadi turun ke curugnya tinggal meniti tangga batu yang sudah dibuat rapi. Untuk memotret, jangan cuma puas dari depan curugnya, tapi cobalah melipir ke kiri, maka kita akan dapat foreground sungai kecilnya. Sedangkan kalau melipir ke kanan akan dapat pose curug dengan framing pohon dan bebatuan di depan curug.
Pemandangan Menuju Curug

5. Curug Cikanteh
Curug yang cantik dengan rimbunan pepohonan hijau di sekitarnya ini terlihat dari Curug Sodong. Karena kita tidak sempat ke sana, jadi dikopaskan saja keterangan dari  http://ciletuhpalabuhanratugeopark.org.
Curug Cikanteh
 
Curug Cikanteh terletak di Desa Ciwaru. Curug ini merupakan bagian teratas dari rangkaian tiga curug lainnya. Untuk menuju curug ini harus ditempuh dengan berjalan kaki dari Curug Sodong melalui jalan setapak yang menanjak dan berbatu selama 30 menit, serta menyeberangi sungai tanpa tersedia jembatan yang permanen

6. Curug Awang
Kalau nggak datang dan melihat sendiri mungkin Anda nggak percaya Curug Awang beneran seperti Niagara. Tingginya sekitar 40 m dengan lebar kira-kira 60 m. Sayang, waktu datang aliran air terjunnya hanya mengisi seperempat bagian kanan. Kebayang kalau full, Niagara bener deh! Dinding air terjunnya berupa bebatuan coklat. Di sekitar aliran airnya ada sawah yang dihiasi bebatuan purba di sana-sini. Di bagian atas, di samping sungainya juga terdapat sawah.
Curug Awang (Niagara Kecil)
7. Puncak Darma
Puncak Darma adalah sebuah puncak yang berada di atas ketinggian tertentu dari permukaan laut dimana kita dapat menyaksikan secara langsung dan lebih dekat pemandangan indah Geopark Ciletuh.Dari puncak ini kamu bisa melihat lautan lepas, pulau-pulau kecil seperti Pulau Kunti, Pantai Palangpang, Teluk Ciletuh, pematang sawah nan hijau yang menyegarkan mata, bukit-bukit, dan juga curug-curug yang terlihat dari kejauhan. Sungguh indah!
Akses Baru Ciletuh via Loji
Akses baru Ciletuh
  • Tips: Sesuai arti nama Ciletuh yakni “air berlumpur yang keruh”, meski aliran curug-curugnya tampak putih, tapi rata-rata air yang terbentuk di bawah curug berwarna coklat karena membawa banyak lumpur. Memang kurang nyaman untuk direnangi atau sekadar buat berendam. Tapi kalau mau berenang silakan saja terutama bagi yang bisa berenang karena beberapa bagian cukup dalam. Jadi wajib berhati-hati.

Selasa, 23 Januari 2018

Road to Sabang - Nol Kilometer Indonesia

Sabang adalah kota yang terletak di Pulau Weh dan merupakan pintu gerbang di kawasan ujung barat Indonesia. Sabang memiliki luas 156,3 km² dengan puncak tertinggi 617 meter di atas permukaan air laut. Karena terletak di Pulau Weh banyak orang yang menyebut Pulau Weh sebagai Pulau Sabang. Pulau Weh sendiri merupakan pulau utama dan terbesar yang terpisahkan dari daratan Aceh oleh Selat Benggala.
Tugu Nol Kilometer Indonesia

Selain berbatasan langsung dengan negara 3 negara yaitu Malaysia, Thailand dan India, Sabang juga merupakan sebuah daerah yang sangat unik bagi Indonesia. Hal itu karena di sinilah Anda dapat menemukan tugu Nol Kilometer yang merupakan cikal bakal istilah, “Dari Sabang sampai Merauke”.
Saat ini Sabang menjelma menjadi destinasi wisata bahari Indonesia yang menawarkan surga bagi para penyelam. Di sini Anda dapat menikmati alam bawah lautnya dengan menyelam untuk menemukan ratusan spesies ikan dan kekayaan terumbu karang alami yang bukan ditanam atau budidaya. Perairan di Sabang merupakan tempat bertemunya Samudera Hindia dan Selat Malaka. Saat ini pun Sabang memperlengkapi atraksi wisatanya dengan penyelengaraan Sabang International Regatta.
Pesona Sabang menawarkan keelokan garis pantai yang indah, air laut nan biru dan bersih serta pepohonan nan hijau. Akan tetapi, bukan wisata bahari saja dapat ditemukan di Sabang. Ada gunung, danau, pantai, laut, serta hutannya yang masih alami dan terjaga menunggu dikunjungi. Belum lagi interaksi Anda dengan masyarakat setempat akan memberikan pengalaman yang berkesan.
Sabang terdiri dari lima pulau besar dan kecil, yakni Pulau Weh sebagai pulau terbesar, Pulau Rubiah, Pulau Klah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo. Jumlah penduduknya sekitar 26.000 jiwa. Luas wilayah kota ini 153  km²  yang terbagi ke dalam 2 Kecamatan, 18 Kemukiman, dan 72 Desa. Topografinya meliputi dataran rendah, tanah bergelombang, berbukit dan bergunung, serta batu-batuan di sepanjang pantai.
Perbatasan Sabang di sebelah timur adalah Selat Malaka, sebelah barat dengan Samudera Indonesia, sebelah utara dengan Selat Malaka, dan sebelah selatan dengan Samudera Indonesia.
Pada masa Kerajaan Aceh, wilayah Pulau Weh sendiri merupakan tempat pengusiran atau dipindahkan ”geupeuweh” bagi seseorang yang dikenakan hukuman berat dari kerajaan. Sebutan geupeuweh kemudian dilekatkan kepada nama pulau ini dan beriring dengan waktu kemudian pelafalannya menyingkat menjadi weh dan diartikan sebagai pulau yang terpisah.
Kata sabang berasal dari bahasa Aceh yaitu ’saban’ yang berarti sama hak dan kedudukan dalam segala hal. Hal ini dikaitkan dengan keberadaan Sabang yang dulunya banyak didatangi pendatang dari luar untuk membuka kebun (seuneubĂ´k) atau usaha lainnya. Pendatang tersebut berasal dari berbagai daerah dengan budaya yang berbeda baik sikap, nilai, maupun adat istiadat. Lambat laun terjadi asimilasi dimana beragam perbedaan tersebut akhirnya memudar dan kedudukan mereka menjadi sama. Istilah saban ini telah lama melekat kepada Pulau Weh yang kemudian perlahan berubah penyebutannya menjadi ‘sabang’.
Sabang merupakan satu-satunya daerah Kerajaan Aceh yang bisa dikuasai penuh oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sejak tahun 1881, Sabang ditetapkan sebagai pelabuhan alam yang disebut Kolen Station. Pemerintah Hindia Belanda kemudian membangun berbagai sarana dan prasarana. Terutama setelah tahun 1887 saat Sabang Haven memperoleh kewenangan untuk membangun sarana penunjang pelabuhan. Tahun 1895, Sabang menjadi daerah pelabuhan bebas Vrij Haven yang dikelola Sabang Maatschaappij (Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station). Saat itu nama Sabang semakin populer di Nusantara maupun internasional sebagai pelabuhan sirkulasi perdagangan internasional.